tag:blogger.com,1999:blog-2201758445402801842024-02-07T19:22:29.379-08:00Belajar Apa Hari Ini?Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11991514725329156917noreply@blogger.comBlogger31125tag:blogger.com,1999:blog-220175844540280184.post-89078867925853099302013-12-03T06:56:00.001-08:002013-12-03T06:56:40.181-08:00Tak Ingin Pergi, Tapi Harus PergiSeperti biasa, menghabiskan senja di Isola. Tiba sebelum senja menghampiri, sejenak merehatkan diri menanti bis yang akan segera melaju ke Semarang. Aku tak ingin pergi, entah kenapa. Tapi apa daya ya, tugas harus dijalankan. Anggap saja sebagai pencarian pengalaman untuk mendapat latar-latar baru untuk menulis. Beberapa hari ke depan, kita akan bahas lokasi sekitar Semarang-Jogjakarta. Simak terus laman ini yaa :)Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11991514725329156917noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-220175844540280184.post-7434045670949587502013-11-28T07:17:00.000-08:002013-11-28T07:17:06.616-08:00Surat Cinta Untuk MbakBandung, 24 November 2013<br />
Teruntuk, Mbak Tersayang<br />
<br />
Bismillaahirrahmaanirrahiim..<br />
Begitu banyak kata yang ingin aku ungkap padamu, Mbak<br />
rasanya semalam tadi tak cukup untuk mengungkapkan segala resah yang aku rasa<br />
maka, sebagian kecil kalimat yang semalam tak sempat terungkap akan segera kurangkai dalam surat ini.<br />
<br />
Andaikan Mbak tahu, posisiku di sini seperti apa<br />
Namun aku yakin orang sekitar Mbak pun mungkin sudah memberitahu seperti apa posisiku.<br />
Awalnya aku rasa bisa menahan ini, bisa lebih kuat dari yang lain<br />
<br />
Ini kisah teraneh yang aku tahu<br />
tapi aku tak pernah menyesal mengalami ini bersamanya, bersama mbak<br />
Hanya saja saat ini aku ingin kisah ini hanya tentang kita, aku dan mbak<br />
tak ada dia atau mereka.<br />
<br />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11991514725329156917noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-220175844540280184.post-76756370302128734622013-11-27T05:43:00.002-08:002013-11-27T05:43:38.413-08:00What I Feel<span style="color: #3e454c; font-family: Helvetica, Arial, lucida grande, tahoma, verdana, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 12px; line-height: 15px; white-space: pre-wrap;">ada satu masa dimana aku perlu dukungan berbagai pihak.bukan hanya materil, namun moril jauh lebih berharga. tapi aku tak pernah tahu pada siapa harusnya mengharapkan itu. kadang-bahkan sering- bertemu kondisi yang membatasi keinginan itu.</span></span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11991514725329156917noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-220175844540280184.post-91675753575346224152013-11-17T02:51:00.000-08:002013-11-17T02:51:05.993-08:00You Know That I Really Missing YouHari ini aku tak berniat melakukan apapun selain mencuci pakaian-pakaian kotorku yang sudah bertumpuk di kamar. Hujan setiap hari membuatku agak malas mencuci. Tapi apa mau dikata, lemariku sudah berteriak minta diisi lagi dan itu artinya hari ini aku harus kerja rodi. Hmmh..<br />Rutinitas hari liburku kali ini seperti itulah, mencuci lalu bermalasan hingga kuterima pesan dari mami.<br />Mami memintaku pergi ke tempat saudara di daerah Cibodas, Kota Cimahi. Dari awal kuliah aku memang jarang ke tempat saudaraku itu karena lokasinya cukup jauh dan mengharuskanku menggunakan beberapa kendaraan umum untuk mencapainya. Itulah, terlebih lagi hari ini aku hanya ingin rehat dari berbagai kegiatan. Tapi tak mungkin juga aku tak menuruti Mami, dan memang rasanya egois sekali aku tak pernah mengunjungi mereka yang sering kali begitu baik.<br />Aku bersiap dengan malas. Kulihat langit mendung dari jendela kecil di kamar tiga kali tiga ini. Hujankah? Tidak, mungkin belum.<br />Aku berencana pergi dengan KRD, kulihat jam menunjukan pukul 14.00 dan jadwal KRD terdekat ialah pukul 15.06. Bisakah aku mencapai stasiun setidaknya 45 menit kemudian? sepertinya bisa. Aku berkemas karena sepertinya aku harus bermalam di sana. Lekas kuambil jaket lalu meninggalkan kamar dalam keadaan berantakan. Itu sudah biasa.<br />Baru beberapa langkah dari tangga rumah kost, rintik hujan mulai turun. Kupikir hanya bulir gerimis, namun makin lama ternyata ia semakin banyak membawa kawannya. Hujan turun cukupp deras dan aku memutuskan berteduh di depan sebuah minimarket. Cukup lama aku berteduh, sudah pukul tiga lewat. Sepertinya aku harus pergi dengan KRD jadwal selanjutnya, pukul 17.56. Aku ragu untuk pergi, hujan tak juga reda.<br />Lalu kuputuskan untuk beranjak dari tempatku berteduh menuju suatu tempat. Bukan stasiun, tapi gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa di kampusku. Tak akan baik jika aku melanjutkan perjalananku ke Cibodas dengan cuaca yang seperti ini. Aku memutuskan untuk relaksasi saja. Menonton film, memanfaatkan koneksi WiFi yang cukup kencang.<br />"Boleh ikut duduk?" ujarku pada seorang pria yang duduk santai dengan headphone di kepalanya. Sepertinya ia cukup asik dengan musik yang didengarkannya.<br />Sejurus kemudian aku sudah memilih-milih film di sebuah situs tempatku biasa menonton film online. Terpilihlah judul The Odd Life of Timothy Green.<br />Film yang berkisah tentang sepasang suami istri yang kesulitan mempunyai anak. Jim dan Cindy. Mereka selalu membayangkan kelak anak-anak mereka seperti apa. Anak yang menakjubkan, seorang atlet hebat, pandai bermain musik, sempurna. Hingga suatu hari seorang dokter memvonis mereka tak akan bisa memiliki anak, pasangan itu terpukul. Mereka memutuskan untuk mengubur harapan yang mereka tulis pada kertas-kertas kecil pada sebuah peti kayu dan menguburnya di kebun belakang rumah.<br />Kemudian tengah malam mereka dikagetkan sesuatu. Mereka mendapati seorang anak laki-laki di kamarnya. Anak yang berlumuran tanah dan yang membuat mereka kaget ialah tumbuhnya daun-daun di kaki anak itu, Timothy.<br />Akhirnya mereka memutuskan untuk merawat Timothy. Ia mulai sekolah, megenal seorang gadis bernama Joni. Gadis itu selalu membuatnya bersemangat, dan merasa lebih hidup.<br />Timothy terbentuk menjadi anak yang diharapkan Cindy dan Jim, sesuai dengan apa yang mereka tulis tempo hari. Namun ternyata tak seindah yang dibayangkan. Timothy tak begitu pandai olahraga meski pandai menggambar. Ia selalu duduk di bangku cadangan ketika tim sepakbolanya bertanding, dan hanya menjadi pengantar minum. Hingga suatu pertandingan, mengharuskannya masuk lapangan. Ia tak tahu apa yang harus dilakukan, pelatihnya yang tak pernah mengijinkannya bermain memintanya tetap diam di tempat meski ia sudah masuk lapangan. Ia tak boleh bergerak, sementara Jim terus memotivasinya untuk mengambil bola dan menyerang. Beberapa saat Timothy tak bergerak, hingga ia melihat Joni mendukungnya. Ia mulai bersemangat dan mengoper bola dengan lincahnya. Tentu, Jim dan Cindy amat senang.<br />Detik terakhir terasa mendebarkan. Timothy mencetak gol, namun semua orang mencibir dan meninggalkan lapangan. Jelas, ia mencetak gol ke gawang sendiri. Jim dan Cindy tetap bangga.<br />Ternyata ada hal yang tak diketahui pasangan itu, bahwa daun-daun di kaki Timothy gugur satu per satu. Malam itu, tersisa satu daun tua di kakinya.<br />"Aku harus memberi tahu sesuatu pada kalian. Daun-daun di kakiku sudah berguguran, dan aku harus pergi sekarang."<br />Malam itu Timothy menghilang dalam pelukan Jim dan Cindy.<br />Apa yang aku dapat hari ini? Inilah, kata-kata yang membuatku terkesan.<br /><span style="background-color: white; color: #37404e; line-height: 18px;">"Ada dua orang yang menginginkanmu lebih dari apapun. Mereka akan lakukan yang terbaik. Mereka akan melakukan beberapa kesalahan. Kalian hanya akan memiliki mereka untuk waktu yang singkat. Tapi mereka akan mencintai kalian lebih dari yang bisa kalian bayangkan."</span><span style="background-color: white; color: #37404e; line-height: 18px;">Aku rindu kalian, Mami, Papi..</span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11991514725329156917noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-220175844540280184.post-71695703471683636382013-11-12T02:40:00.000-08:002013-11-12T02:43:44.938-08:00Dear Papi<span style="font-family: inherit;"><br /><br />Dear Papi,<br />Meski kita sering kali tak sepaham<br />bahkan sering berdebat<br />Meski aku sering kali membangkang darimu<br />Kuharap kau tahu..<br /><br />Aku bangga padamu<br /><br />Aku tahu betapa sayangnya kau padaku<br />Betapa aku layaknya putri yang selalu kau usahakan keinginannya<br />Tapi apalah aku?<br />Aku ini hanya harapanmu yang masih belum mampu<br />sekedar mewujudkan citamu<br /><br />Betapa aku masih saja menyiakan cucuran keringatmu<br />Masih saja tak acuhkan lelahmu<br /><br />Papi,<br />Kelak aku ingin kau lihat aku<br />Berdiri di atas podium mengenakan toga kebanggaanku<br />Kelak aku ingin kau dengar sorak bangga untukku<br /><br />Tetaplah menjadi pria hebat untukku,<br />untuk Mami, untuk Onong<br />Tetaplah menjadi pria luar biasa untuk kami<br />Untuk keluarga kita<br /><br />Aku mencintaimu, Papi</span><div>
<br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2fDmbl5rz7pMkllC5YlvID8za_vX15i6UlOzhb87MzdOkKGkcleHO7-JTcG7BdEFpbBDhWBd6vHvGV8xw8WFawfDFVu_fzrtAQWvgP357mmCJ_W3NnvK_bZD4ArI91HUUSKk0gdPUyagD/s1600/i+love+you+dad+magnet+pic%5B1%5D%5B2%5D.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2fDmbl5rz7pMkllC5YlvID8za_vX15i6UlOzhb87MzdOkKGkcleHO7-JTcG7BdEFpbBDhWBd6vHvGV8xw8WFawfDFVu_fzrtAQWvgP357mmCJ_W3NnvK_bZD4ArI91HUUSKk0gdPUyagD/s1600/i+love+you+dad+magnet+pic%5B1%5D%5B2%5D.jpg" /></a></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11991514725329156917noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-220175844540280184.post-3923443502231111172013-11-07T05:43:00.002-08:002013-11-07T05:43:55.420-08:00Kadang Menangis itu PerluBukan tentang siapa yang kuat, siapa yang bertahan. tapi tentang rasa yang tak mudah hilang begitu saja. Yang dengan bodohnya bertahan dalam situasi yang tak pernah menguntungkan. Tentu saja tak menguntungkan, cinta bukan jual beli demi laba!<br />
Tapi apa pantas ini disebut cinta? karena seharusnya cinta bisa lebih tulus. Cinta macam apa yang minim kadar ketulusannya? Ah, entahlah kadang aku pun sulit memahaminya, juga memahamimu.<br />
Beberapa waktu lalu--setahun mungkin-- aku masih bisa menahan sakitnya. Inderaku masih kuat melihatmu bersamanya. Tapi belakangan ini rasa tak ikhlasku muncul lagi, sisi 'setanku' menyeruak ke permukaan. Aku sulit mengendalikannya. Tolonglah, kumohon.<br />
Berulang kali aku mencoba menjauh darimu, tapi selalu saja ada sesuatu yang membuat kita saling mendekat. Atau mungkin secara tak sadar kita memang tak bisa saling menjauhi? Andai kau tahu aku sering merasa bersalah jika denganmu, pada seseorang di sampingmu itu, seseorang di sana. Seseorang yang kukenal baik, mana mungkin aku bisa menikamnya dari belakang?<br />
Kau tahu aku tak pernah benar-benar menangis jika bermasalah denganmu. Ketika kau buat aku kesal, yang kulakukan hanya melawanmu, membantah ucapanmu, karena kau tahu aku tak suka kau menyalahkanku--meski belakangan aku tahu kebanyakan itu salahku.<br />
Separah apapun pertengkaran kita, beberapa menit kemudian kita pasti saling tertawa dan suasana kembali tenang. Kadang itu terasa menyebalkan! Separah apapun pertengkaran kita, kapan aku menangis karenanya?<br />
Malam ini, malam ini aku menangis karena kau begitu menyebalkan. Membuatku menunggu janjimu untuk makan denganku malam ini. Entah kenapa rasanya malam ini aku begitu sensitif. Terlalu perasa malah.<br />
Tapi kadang menangis itu perlu, seperti malam ini karena aku tak mungkin bicarakan hal ini pada mereka. Kesalku padamu hari ini sudah memuncak, dan aku tak bisa melampiaskannya padamu. Aku tak ingin memperburuk suasana. Cukuplah aku melampiaskannya dengan menitikan sedikit air mata ini, agar aku merasa tenang, merasa lebih lega.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11991514725329156917noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-220175844540280184.post-11548880271782890922013-10-31T05:35:00.001-07:002013-10-31T05:35:26.252-07:00Akhwat : Tentang Aku, Celana Jeans dan Gamis<div class="MsoNormal" style="line-height: 24px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="text-align: justify;">Oh my God!! Lagi-lagi kesiangan!”</span><span style="text-align: justify;"> </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span lang="IN" style="font-family: inherit;">Ken, kapan sih bisa bangun tepat waktu? Ini hari pertama sekolah. Inget Ken, putih-abu. Seragam kamu PUTIH-ABU!!<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: inherit;"><i><span lang="IN">Hoaaammm.</span></i><span lang="IN"> Subuh tadi seperti biasa Ibu membangunkanku, dan seperti biasa aku selalu tidur lagi. Tadi malam mataku sulit terpejam, mungkin karena esok adalah hari pertamaku memakai seragam putih abu. Atau mungkin karena aku terlalu memikirkan seseorang? Entahlah. <i>Well</i>, akhirnya pagi ini aku kesiangan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN" style="font-family: inherit;">Hari ini begitu menegangkan. Bukan hanya karena untuk pertama kalinya menjalani hari sebagai anak SMA dan harus memakai seragam putih abu. Tapi karena pagi ini seseorang berjanji untuk menjemputku di rumah untuk pergi bersama ke sekolah. Dia teman dekatku, namanya Dika. Mungkin ukuran remaja jaman sekarang, yang seperti ini bisa dibilang pacaran. Ada satu hal lagi yang membuat pagiku hari ini sangat menegangkan. Ini hari pertamaku berjilbab.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN" style="font-family: inherit;">Hampir satu jam aku di depan cermin. Dari dapur Ibu terus meneriakiku untuk segera sarapan. Ah, rasanya aku tak percaya diri dengan tampilanku yang seperti ini. Jilbabku amat sangat berantakan. Dan apa jadinya jika Dika melihat tampilanku yang kacau begini? Aku semakin panik ketika deru motornya terdengar semakin mendekat. Oh tidak!! Aku mengucek mata yang kaget melihat angka di jam dinding kamarku. Jam 06.40 pagi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN" style="font-family: inherit;">Aku segera pamit berangkat ke sekolah pada Ibu dan Ayah. Sejak awal, orang tuaku memang sudah mengetahui hubunganku dengan Dika. Karena memang sebelum mendekatiku dia lebih dulu mendekati orang tuaku. Hmmm, modus! Aku menghampirinya yang sudah <i>standby </i>bersama motor kesayangannya. Aku menunduk. Jujur saja, aku tak berani menatap wajahnya dengan penampilan super berantakan seperti ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: inherit;">“Tuh kan, cantik kalau pakai jilbab.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: inherit;">Deg!! Mendengar kata-kata itu rasanya tak bisa diungkapkan. Senang, malu, entah apa namanya perasaan seperti ini. Sepertinya KBBI-pun sulit mendeskripsikan definisinya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: inherit;">“Tapi kan berantakan, belum bisa rapi”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: inherit;">“Ga apa-apa, nanti juga rapi kok kalau sudah biasa”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: inherit;"> Kata-kata Dika pagi tadi jadi salah satu <i>reinforcement</i>-ku hari itu. Entah apa jadinya ketika yang ia lontarkan bukan kalimat pujian. Mungkin aku akan sangat merasa hancur lebur seperti abu, lalu hilang tertiup angin. Kenapa aku berjilbab? Tujuanku berjilbab sejak saat itu tidaklah karena Allah. Aku hanya tak ingin jadi kaum minoritas. Miris memang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: inherit;"> Di sekolahku, memang mayoritas murid perempuannya berjilbab. mungkin hanya beberapa persen saja yang tidak berjilbab, meskipun mereka adalah seorang muslim. Aku tak nyaman jadi kaum minoritas yang memiliki perbedaan yang cukup menonjol dengan lingkungan sekitar. Aku tak suka jadi objek perhatian. Itulah yang menjadi dasar mengapa aku memutuskan untuk berjilbab.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: inherit;"> Kasarnya, jilbabku hanya untuk seragam saja. Toh ketika ada acara diluar sekolah seperti jalan-jalan, kerja kelompok, dan apapun kegiatan di luar jam sekolah aku tak pernah berjilbab. Tetap dengan setelan metal favoritku, celana jeans plus kaos. Di rumah pun aku tak berjilbab. Bahkan dengan pede-nya aku keluar rumah tanpa menutup sebagian besar auratku. Ya Allah, masih maukah Engkau mengampuni aku?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="font-family: inherit;">***<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: inherit;"> Setahun berlalu, aku mulai lebih menutup auratku. Berawal dari seringnya aku melihat perempuan-perempuan berjilbab lebar yang selalu saja terlihat cantik. Beberapa kali aku mendengar salah seorang teman menyebut kata Akhwat. Apa itu akhwat? Awalnya aku penasaran, tapi lama kelamaan aku melupakan rasa penasaranku terhadap kata akhwat. Aku sempat sedikit menyimpulkan arti kata akhwat itu sendiri. Mungkin akhwat itu perempuan berjilbab lebar, pikirku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: inherit;"> Tahun selanjutnya tak ada perubahan signifikan. Aku tetap aku dengan tampilan metalku. Tak ada seorangpun yang menegurku, karena memang di lingkunganku tampilan remajanya ya seperti aku ini. Orang tuaku sendiri bukannya buta soal agama. Tapi memang beliau tidak pernah memaksaku untuk berjilbab. Bahkan beliau mengijinkan aku berpacaran dengan Dika.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN" style="font-family: inherit;">Tahun ini keluargaku sedang diterpa berbagai cobaan. Usaha Ayah semakin memburuk. Sementara adikku harus segera masuk SMP. Ibu pun turun tangan membantu Ayah mencari tambahan dengan membuat kue-kue kering untuk dijual di warung sekitar rumah. Lalu aku? Apa yang aku lakukan? Belajar. Hanya belajar dengan baik. Rasanya cukup dengan aku tekun belajar itu akan sedikit mengurangi beban keluargaku. Aku tak sadar, ternyata itu tak cukup membantu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN" style="font-family: inherit;">Dulu, ketika aku masih duduk di bangku kelas lima sekolah dasar aku melakukan kesalahan yang sekarang kuanggap sangat bodoh. Aku selalu sendirian di rumah. Dulu Ibu berjualan di pasar, dan Ayah bekerja di luar kota. Adikku yang masih kecil setiap hari ikut Ibu di pasar. Kadang aku bosan, kerjaanku sehari-hari hanya nonton televisi dan mengerjakan beberapa pekerjaan rumah ringan yang bisa selesai dalam waktu setengah jam saja. Ibu baru pulang berjualan di pasar selepas Ashar. Kebetulan rumah kami dipasang pesawat telepon, dan seperti pelanggan telepon rumah lainnya kami mendapat buku telepon. Aku iseng menelpon beberapa kantor yang aku sendiri tak tahu itu kantor apa. Dan ternyata keisenganku berakibat buruk.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: start;">
</div>
<div style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit; line-height: 24px;">“Yah, tagihan telepon kok membengkak sekali ya? Padahal kita tidak terlalu banyak pakai telepon”</span></div>
<div style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit; line-height: 24px;">“Mungkin ada kesalahan Bu, coba dicek ke kantor teleponnya”</span></div>
<div style="line-height: normal; text-align: start;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: inherit;"> Mendengar percakapan Ibu dan Ayah tadi, aku takut sekali. Beberapa malam berikutnya aku selalu tak bisa tidur, selalu terbayang bagaimana jika Ibu dan Ayah tahu pelakunya adalah aku. Aku yang selalu menambah masalah di dalam keluarga kecil kami. Aku sempat berniat memberikan kalung emas pemberian Ibu untuk dijual agar Ibu bisa membayar tagihan telepon secepatnya. Tapi itu urung kulakukan. Aku selalu takut berbicara dengan Ibu, terlebih dengan Ayah. Aku amat merasa bersalah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: inherit;"> Malamnya, aku mendapat mimpi yang amat buruk. Amat mengerikan. Mungkin itu efek dari pikiranku yang selalu terbayang kesalahanku beberapa waktu lalu, dan aku sama sekali tak bisa jujur pada kedua orang tuaku. Hingga saat ini aku masih ingat mimpi itu. Kau tahu apa yang kumimpikan? Aku bermimpi melihat neraka. Ya Allah, bahkan dalam mimpiku saja tempat itu sangat mengerikan, bagaimana kenyataannya nanti? Banyak api, dan banyak orang teriak-teriak kesakitan. Sejak saat itu aku sering susah tidur karena takut akan memimpikan yang sama. Tapi aku masih saja bebal. Masih saja angkuh, sombong pada-Mu Rabb.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="font-family: inherit;">***<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: inherit;"> Satu sampai dua tahun, rasanya begitu statis. Hidupku lurus-lurus saja. Sebagian besar apa yang aku inginkan tercapai. Tapi aku mulai bertanya-tanya, kenapa Allah selalu mengabulkan apa yang aku mau? Padahal aku selalu jauh dari-Nya. Menjalankan perintahnya pun terkadang aku ogah-ogahan. Bahkan aku sering kali membuat Ibu dan Ayah marah, aku lupa sebuah hadist yang mengungkapkan bahwa ridha Allah itu ridha orang tua. Kadang tak terlintas juga bahwa surga berada di bawah telapak kaki Ibu. Ya Allah, ampuni aku. Aku belum sadar bahwa ternyata mimpiku tempo hari adalah petunjuk.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: inherit;"> Aku bukannya tak pernah bermasalah. Layaknya seorang manusia, terlebih remaja normal aku sering kali bertemu ombak-ombak kehidupan. Ya, bagiku masalah seperti ombak. Berada di dalamnya serasa naik wahana “ombak banyu” di pasar malam di alun-alun kota. Berputar, naik dan turun. Aku mengibaratkan diriku sebagai seorang nakhoda yang mengarungi lautan kehidupan. Seorang nakhoda akan terlihat <i>kece</i> ketika ia mampu menaklukkan ombak dan badai. Apakah penting terlihat <i>kece</i> hanya karena bisa menaklukkan ombak dan badai? Bukankah yang terpenting adalah bagaimana kita sampai ke tujuan dengan selamat?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: inherit;"> <i>Fiuuhhhh.....</i> Kuliah? Rasanya baru kemarin aku pakai jilbab berantakan gara-gara bangun kesiangan di hari pertama masuk SMA. Dan hari ini ternyata pertama kali aku masuk kuliah. Rabb, manfaat apa yang telah aku berikan pada lingkungan sekitarku? Apa yang telah aku lakukan untuk Ibu, Ayah, Adik, dan semua keluargaku? Aku malu pada semesta ini. Yaa Rabb, aku menunggu hidayahmu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: inherit;"> <i>Menunggu? Apa yang aku pikirkan? Menunggu hidayah? Benarkah hidayah akan datang cuma-cuma? Aku belum menemukan jawabannya.<o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: inherit;"> Sampai sekarang aku masih berteman baik dengan Dika, meski kita sudah putus. Lagipula Dika sudah punya pacar baru, dan yang membuatku senang ialah karena wanita itu jauh lebih baik dari aku. Dika sering mengingatkan dan memberiku beberapa nasihat. Aku masih ingat postingan statusnya di <i>Facebook</i> tentang percakapan seorang pria muslim dengan temannya yang non-muslim tentang seorang muslimah.<br />“Mengapa wanita muslim harus memakai jilbab dan menutup aurat?” tanya pria non-muslim.<br />Sang pria muslim hanya tersenyum lalu menjawab, “Saya punya dua buah permen, satu permen masih utuh dengan bungkusnya dan satu lagi tidak ada pembungkusnya. Mana yang akan kamu pilih?” “Tentu yang masih ada pembungkusnya, karena yang tanpa kemasan bisa saja terkena debu dan kotoran” “Itulah mengapa seorang muslimah harus menutup aurat dan mengenakan jilbab.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: inherit;"> Aku cukup terkesan dengan postingannya itu, dan mulai mencari tahu apa yang melandasi seorang muslimah harus menutup auratnya. Di lingkungan kampusku sekarang, mayoritas mahasiswi muslimnya berjilbab. Cantik, pikirku. Mereka yang berjilbab dengan baik terlihat cantik. Bukan karena polesan make-up berlapis-lapis. Tapi seperti memancarkan aura positif, memancarkan cahaya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: inherit;"> Aku sedikit sibuk di bulan-bulan pertama kuliah, sehingga pencarian alasan mengapa harus berjilbab pun sedikit terlupakan. Tampilanku masih metal seperti dulu. Setelan celana jeans, kaos, dan kerudung. Saat ini aku dekat dengan salah seorang kakak tingkat pria di kampus. Ia cukup religius, aku bisa belajar banyak tentang agama darinya, pikirku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: inherit;"> Ternyata Engkau punya rencana lain Rabb, rencana yang jauh lebih indah. Aku putus dengannya, meskipun sedikit menyakitkan tapi kita putus secara baik-baik. Setelah putus pun hubungan kita masih tetap baik, bahkan ia mengenalkanku pada wanita yang saat ini jadi kekasihnya. Wanita itu cantik, berjilbab tentunya. Ia lembut, ramah, dan penyayang. Sungguh, aku saja yang notabene-nya seorang wanita bisa mengaguminya. Apalagi pria? Ia sangat beruntung.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: inherit;"> Aku teringat lagi pada pertanyaan yang terus bergejolak dalam benakku. Mengapa seorang muslimah harus menutup auratnya? Mengapa wanita berjilbab memiliki kecantikan yang berbeda? Aku mulai belajar pada kekasih mantan kekasihku. Aku dan dia sangat berbanding terbalik. Aku paling malas memakai rok, itulah makanya rok yang aku punya hanya rok seragam SMA. Sedangkan dia? <i>Woww..</i> dia selalu memakai rok, dan ia tak pernah keluar kamar tanpa jilbab. Ia tak pernah membiarkan pria manapun melihat auratnya. Aku semakin kagum sekaligus penasaran dibuatnya. Beberapa minggu ini aku akan selalu bersamanya. Ia ingin berlibur di kotaku, sekaligus berkunjung ke rumah keluarga kekasihnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="IN"> Akhirnya aku memutuskan untuk membeli mushaf terjemahan di toko buku dekat kampus. Ya Allah, rasanya sudah lama sekali aku tak menyentuh kitab-Mu ini. Padahal jelas, kitab suci ini adalah pedoman hidupku. Aku mulai membacanya dengan sedikit terbata-bata. Aku malu Ya Rabb, aku malu pada jilbab yang setiap hari aku kenakan. Padahal aku sendiri tak tau mengapa aku memakainya. Aku hanya mementingkan akalku yang tak ingin jadi kaum minoritas. Apa gunanya aku berjilbab jika aku tak tahu fungsinya?</span><span lang="IN"></span><span lang="IN"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: inherit;"> Aku sering mendengar orang-orang berkata, “Ah, aku belum siap berjilbab. kelakuanku masih amburadul.” Atau seperti ini “Nanti saja berjilbabnya, yang penting ibadah selalu dijalankan”. Jujur saja, aku juga pernah berpendapat seperti itu. Lalu, apakah berjilbab itu adalah sebuah tuntutan? Apakah itu suatu keharusan? Kewajiban? Atau malah berjilbab itu adalah suatu kebutuhan?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: inherit;"> Malam itu aku mulai membuka mushaf. Aku ingat salah seorang teman pernah berkata bahwa firman Allah tentang jilbab ada pada ayat ke lima puluh sembilan surat Al-Ahzab.<br /><i>“Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”</i>Menurut Ibnu Mas’ud, jilbab berarti selendang yang lebih lebar daripada kerudung. Ah, apa pula bedanya jilbab dan kerudung? Sebelum pertanyaan itu terjawab aku sudah terlelap, <i>ketiduran</i>. Beberapa minggu ini kegiatan kampusku memang sedikit menyita waktu, karena memang kami sedang mempersiapkan sebuah acara yang cukup besar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: inherit;"> Aku melihat sosok wanita cantik yang terlelap di pojok kamar. Aku tak ragu berbagi tempat tidur dengannya, karena memang kami sudah cukup dekat. Aku banyak bercerita tentang kekasihnya, karena memang aku sedikit banyak lebih dulu mengenalnya. Kami sempat makan siang bertiga, juga jalan-jalan bersama.<br />“Ngapain sih mau diajak jalan bertiga? Makan siang pula? Dan wanita itu sekarang tinggal bersamamu? Gila kamu Ken!”Asri, teman dekatku bicara seperti itu ketika aku menceritakan pengalamanku via telepon.<br />“Sudahlah As, lagipula aku tak merasa sakit. Semua terasa biasa saja. Pria itu temanku, dan wanita itu juga temanku. Kita bersaudara kan, karena Allah.”<br />“Aku hanya tak ingin kau terus-terusan tersakiti, meski kau bilang itu tak sakit. Assalamu’alaikum”<br />Sebelum aku menjawab salam sudah terdengar teman baikku itu menutup teleponnya.<br />“Hmmh.. Wa’alaikumussalam.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: inherit;">Aku meyadari, ia begitu karena ia menyayangiku. Tapi percayalah, aku tak sesakit yang kau pikir. Aku baik-baik saja.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<b><span lang="IN" style="font-family: inherit;">***<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: inherit;"> Jujur, aku mulai terinspirasi darinya. Dari wanita yang saat ini menjadi kekasih mantan kekasihku. “Aku mau cantik seperti Mbak” ucapku manja. Usianya memang lebih muda beberapa minggu dariku. Tapi kedewasaannya jauh melebihi aku, maka pantaslah aku memanggilnya dengan sebutan ‘Mbak’. “Jilbab itu bukan untuk kecantikan, jilbab itu adalah hijab atau penghalang. Penghalang seorang akhwat dari segala macam yang akan ‘merusak’. Jilbab juga sebagai identitas kita sebagai seorang muslimah. Kamu mau kita disamakan dengan wanita lain yang jelas non-muslim hanya karena kita tidak berjilbab?” Aku hanya bisa termenung mendengarnya mengatakan hal itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: inherit;"> Esoknya aku mengantar Mbak ke terminal. Ia harus pulang, karena besok pagi ada kuliah. Berat sekali berpisah dengannya. Aku tak bisa menahan air mataku. Sepanjang perjalanan di bis kota, kami tak lepas berpegangan tangan. Mbak juga tak sanggup menahan air matanya. “Jangan nangis Mbak, aku ikutan sedih jadinya.”<br />Aku belum pernah merasakan hal seperti ini. Bahkan dengan Asri pun yang sudah tiga tahun kukenal, ketika berpisah tak seperti ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: inherit;"> Beberapa hari setelah Mbak pulang, aku mulai merenung memikirkan perkataannya tentang jilbab juga tentang terjemahan surat Al-Ahzab ayat lima puluh sembilan. Tapi aku belum puas. Aku mencari sumber lain, aku ingin jawaban secara ilmiah. Kebetulan hari ini dosenku tidak hadir, dan kebetulan juga sinyal Wi-Fi terdeteksi sangat kencang. Alhamdulillah. Aku mulai berselancar di dunia maya, mulai mengetikkan kata kunci pada mesin pencari ekstra canggih. Sungguh teknologi cepat sekali berkembang, siapa yang menciptakan? Manusia. Lalu siapa yang menciptakan manusia dengan struktur yang begitu kompleks dan dilengkapi akal yang luar biasa? Allah.<br /> Aku meneliti beberapa tulisan tentang jilbab. Aku sengaja memilih sumber yang dapat dipercaya. Kau tahu kan, siapapun bisa menulis di dunia maya tentang apapun. Dan siapa yang mau menyortir dan memverifikasi tulisan itu benar atau hanya sekedar <i>hoax</i> saja selain kita harus menjadi pembaca pintar? Aku tak ingin menelan bulat-bulat semua tulisan yang kubaca.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="IN"> Aku mulai tertarik sebuah pernyataan di salah satu artikel, “Jilbab mengurangi resiko wanita dari kanker kulit” Aku sangat awam dengan sesuatu yang berbau medis seperti itu, tapi anganku terus menerawang. Berjilbab berarti menutupi aurat, dan itu artinya bagian tubuh wanita yang tertutupi akan berkurang resikonya terkena kanker kulit karena tidak terlalu banyak terkena paparan sinar matahari. Aku ingat, guru IPA-ku pernah bilang lapisan ozon bumi ini sudah banyak berlubang sehingga paparan sinar UV langsung mengenai bumi. Sederhananya memang aku rasakan, pakaian berlengan panjang memang menolong ketika hari sangat terik.</span><span lang="IN"></span><span lang="IN"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: inherit;"> Aku mulai paham dan membuat definisi sendiri. Yang aku pakai saat ini bukanlah jilbab, hanya kerudung atau penutup kepala. Sedangkan jilbab bagiku sekarang ialah pakaian yang mampu menutupi aurat wanita menurut hukum syar’i. Aku nyaman memakai kerudung, kerudung melindungi kepalaku dari udara panas dan dingin. Tapi ya, beginilah gayaku. Masih <i>metal</i>, dengan setelan jeans ketat dan kaos.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: inherit;"> Lalu aku dikagetkan oleh sebuah artikel di salah satu blog yang aku kunjungi hari ini. Tentang pakaian ketat. Ya Rabb, ternyata banyak sekali hal buruk yang bisa terjadi padaku ketika aku tak menghiraukan laranganmu. Berbagai penyakit mungkin dapat menjangkit tubuhku jika aku terus saja melakukan apa yang tidak Engkau perintahkan, bahkan jelas Engkau larang. Maafkan aku Rabb.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: inherit;"> Sayup kudengar alunan adzan Subuh dari pojok kamarku. Sepetak kamar kost yang menurut beberapa orang dinilai sempit, bahkan pengap. <i>Well</i>, bagiku kamar ini selalu terasa luas meski sedikit berantakan. <i>And everyone know</i> aku bukan orang yang rapi. Sejak aku kecil, semua dinding di rumah tak pernah aman dari coretan balpoin atau spidol. Dulu ayah rutin mengecat dinding rumah setiap tiga bulan sekali. Sekarang pun dinding kamar kostku tak pernah rapi. Banyak kertas-kertas kecil yang sengaja kutempel untuk reminder tugas, target-target, <i>deadline</i>, bahkan untuk sekedar menuliskan kata-kata penyemangat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: inherit;"> Aku beranjak dari spons persegi ini menuju kamar mandi, lantas membasuh diri dengan air wudhu. Subuh yang indah, pikirku. Aku merasa lebih baik hari ini. Biasanya aku pergi ke kampus dengan hati yang ceria. Tapi hari ini aku lebih ceria dan bersemangat dari biasanya, tentunya dengan setelan yang lebih wanita. Gamis berwarna, pink, dan kerudung berwarna pink keunguan yang menutupi dada. Inilah jilbabku, inilah hijabku dari segala sesuatu yang akan merusak jasmani dan rohaniku sebagai seorang Akhwat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: inherit;"> Percayalah, hidayah Allah akan selalu ada. Tergantung bagaimana dirimu mau berusaha mencarinya atau tidak. Allah akan selalu membantumu dengan cara-cara ajaib yang bahkan kau sendiri tak pernah membayangkannya.<o:p></o:p></span></div>
<div style="line-height: normal; text-align: start;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: inherit;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="font-family: inherit;">^***^</span></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11991514725329156917noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-220175844540280184.post-55666345048444651532013-10-25T09:33:00.002-07:002013-10-25T09:33:25.476-07:00Coffee<div class="clearfix">
<h2 class="_5clb">
Coffee</h2>
</div>
<div class="mts _50f8">
October 16, 2013 at 9:53pm<span class="timelineUnitContainer"><div class="uiSelector inlineBlock audienceSelector timelineAudienceSelector audienceSelectorNoTruncate dynamicIconSelector uiSelectorNormal uiSelectorDynamicTooltip">
<div class="uiToggle wrap">
<a aria-expanded="false" aria-haspopup="1" aria-label="Public" class="uiSelectorButton uiButton uiButtonSuppressed uiButtonNoText" data-hover="tooltip" data-label="" data-length="30" data-oid="10151634784171526" data-tooltip-alignh="center" data-tooltip="Public" href="https://www.facebook.com/notes/rhewiza-meita-sari/coffee/10151634784171526#" rel="toggle" role="button"><i class="mrs defaultIcon customimg img sp_914los sx_57d214"></i></a></div>
</div>
</span></div>
<div class="_5k3v _5k3w clearfix">
Sudah
dua gelas kopi yang kuhabiskan malam ini, dan rasanya ini masih kurang.
Kupikir empat mungkin cukup, lalu lima. Oh tidak, malam ini aku
menghabiskan lima gelas kopi. Jujur saja, aku masih belum bisa lepas
darinya. Dua tahun menjalani hubungan ini menghasilkan jutaan kenangan
yang jika kuceritakan pada Arum, teman sebangku ku tak akan selesai
dalam dua hari dua malam. Aku tak paham alasan kita harus usai secepat
ini. Kamu memang mulai dingin, tapi kupikir kita bisa memperbaiki
ini--hubungan kita. Namun tampaknya kamu memang sudah jengah dengan yang
sedang kita jalani ini, dan aku tak mungkin mengelak. Kita putus.<br />
"kau
tak bisa seperti ini terus, kau mau bunuh diri hah?" aku hanya diam
mendengar sahabatku ngomel ngalor ngidul. Aku tak sebodoh itu. Aku hanya
perlu melampiaskan perasaan ini. Apa jadinya kalau kelak ketika kuliah
kita ada di satu kampus yang sama? Bagaimana jika kekasih barumu lebih
cantik dariku? Parah sekali pikirku.<br />
Tapi ternyata aku tak sejatuh
itu. Aku tau Riky, sahabatku ada di sini. Meski ia kadang menyebalkan
tapi ia sungguh tak ingin aku jatuh hanya karena putus cinta yang ia
bilang itu hal paling gak gaul sedunia. Dia menyenangkan.<br />
Aku
memang perlu tamparan untuk memahami larangan-larangan, termasuk
larangan untuk galau ini. Sejak itu Riky selalu ada untukku. Orang-orang
menyangka kita pacaran, but you know what? kita gak pernah memutuskan
untuk jadian. Kita tetap seperti ini, aku dengan duniaku dan kamu dengan
duniamu. Kadang aku mampir untuk sekedar bertegur sapa, menanya kabarmu
di sana. Semoga kau baik saja, dan aku akan baik saja di sini.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11991514725329156917noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-220175844540280184.post-40491914004763720212013-10-25T09:32:00.002-07:002013-10-25T09:32:41.489-07:00Jus Jambu<div class="clearfix">
<h2 class="_5clb">
Jus Jambu</h2>
</div>
<div class="mts _50f8">
October 16, 2013 at 9:26pm<span class="timelineUnitContainer"><div class="uiSelector inlineBlock audienceSelector timelineAudienceSelector audienceSelectorNoTruncate dynamicIconSelector uiSelectorNormal uiSelectorDynamicTooltip">
<div class="uiToggle wrap">
<a aria-expanded="false" aria-haspopup="1" aria-label="Public" class="uiSelectorButton uiButton uiButtonSuppressed uiButtonNoText" data-hover="tooltip" data-label="" data-length="30" data-oid="10151634748096526" data-tooltip-alignh="center" data-tooltip="Public" href="https://www.facebook.com/notes/rhewiza-meita-sari/jus-jambu/10151634748096526#" rel="toggle" role="button"><i class="mrs defaultIcon customimg img sp_914los sx_57d214"></i></a></div>
</div>
</span></div>
<div class="_5k3v _5k3w clearfix">
"Oke, jam satu siang kita bertemu di depan sekolahku" klik suara telepon ditutup dari seberang ponselku.<br />
Rasanya
tak karuan menerima janji pertemuan denganmu. Kupikir ini konyol, kita
melakukannya di belakang teman-teman yang kemarin sengaja mempertemukan
kita. Aku segera bersiap, mengambil jaket sekenanya lalu mengambil kunci
motor di meja.<br />
Lima belas menit sebelum jam satu siang aku sudah
tiba di lokasi. Menunggu kamu cukup membuatku bergetar, entah kenapa.
Tiga puluh menit berlalu, aku masih di lokasi janjian kita tapi kamu
masih tak nampak. Aku tetap menunggu di bawah pohon rindang sambil
memegangi dua cup jus jambu. Aku pikir kamu akan senang mendapatkan jus
jambu di hari yang panas ini.<br />
Beberapa angkutan kota melaju di
depanku, namun raut manismu masih belum kulihat sejak aku menunggu di
sini. Tiba-tiba raut muka itu nampak di jendela belakang angkutan kota
yang melaju di depanku.<br />
"Hei, bukankah itu wajah yang kutunggu?" gumamku dalam hati.<br />
Konyolnya
aku bukan mengejarmu, aku hanya terpaku di bawah pohon ini dengan dua
gelas jus jambu. Sialnya lagi, ponselku mati. Oke cukup untuk hari ini
aku gagal. Esok? Entahlah, aku belum punya rencana menemuinya lagi.<br />
Hari
Jum'at ini aku ada jadwal latihan silat di sekolah. Semuanya biasa
saja, mulai latihan, istirahat, lalu usai namun aku masih tak mau
beranjak dari lapangan ini.<br />
"Hai, boleh aku duduk? Maaf, kemarin aku lupa janji pertemuan kita." ujar suara lembutnya.<br />
Lengannya membawa dua cup jus jambu, ia memberikannya satu padaku. "Ah iya gak apa-apa, eh jus jambu? untukku?"<br />
"Iya, aku harus pulang sekarang. Bye"<br />
Sejak
pertemuan hari itu, aku mulai berani mendekatinya. Kita mulai sering
jalan berdua, atau bersama teman-teman yang lain. Ada satu hal yang tak
berubah sejak saat pertemuan pertama, jus jambu yang jadi favorit kita
berdua. Lalu, hubungan kita? aku tau yang aku dan kamu rasakan. Kita
saling menyukai, tapi tak pernah saling mengungkapkan. Apa yang
dirasakan cukup tercermin pada warna merah muda jus jambu favorit kita.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11991514725329156917noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-220175844540280184.post-81634506978390179692013-10-25T09:29:00.003-07:002013-10-25T09:29:33.126-07:00Cinta, Harapan dan Takdir<div class="clearfix">
<h2 class="_5clb">
Cinta, Harapan dan Takdir</h2>
</div>
<div class="mts _50f8">
August 8, 2013 at 10:50pm<span class="timelineUnitContainer"><div class="uiSelector inlineBlock audienceSelector timelineAudienceSelector audienceSelectorNoTruncate dynamicIconSelector uiSelectorNormal uiSelectorDynamicTooltip">
<div class="uiToggle wrap">
<a aria-expanded="false" aria-haspopup="1" aria-label="Public" class="uiSelectorButton uiButton uiButtonSuppressed uiButtonNoText" data-hover="tooltip" data-label="" data-length="30" data-oid="10151511057301526" data-tooltip-alignh="center" data-tooltip="Public" href="https://www.facebook.com/notes/rhewiza-meita-sari/cinta-harapan-dan-takdir/10151511057301526#" rel="toggle" role="button"><i class="mrs defaultIcon customimg img sp_914los sx_57d214"></i></a></div>
</div>
</span></div>
<div class="_5k3v _5k3w clearfix">
Yah, itulah. Dinamika masa remaja yang belum usai (mungkin).<br />Ada campur tangan Dia di antara kita, di antara rasa yang pernah ada, di antara harap yang tersisa, di antara rindu yang menggantung.<br />Ketika aku mengingatmu dan tiba-tiba ada pesan darimu, bagimu itu kebetulan.<br />Ketika aku merindumu dan tiba-tiba ponselku berdering karena telponmu, kau sebut itu kebetulan.<br />Bagimu, begitu banyak kebetulan di antara kita.<br />Tapi bagiku, itu bagian dari takdir, dan lagi itu campur tangan-Nya.<br />Selalu ada takdir bersama kau dan aku. Meski akhirnya, hanya ada dua kemungkinan.<br />Takdir menyatukan kita, atau takdir memisahkan kita.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11991514725329156917noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-220175844540280184.post-32281792383085168052013-10-25T09:26:00.002-07:002013-10-25T09:26:28.751-07:00Takdir<div class="clearfix">
<h2 class="_5clb">
Takdir</h2>
</div>
<div class="mts _50f8">
August 8, 2013 at 10:30pm<span class="timelineUnitContainer"><div class="uiSelector inlineBlock audienceSelector timelineAudienceSelector audienceSelectorNoTruncate dynamicIconSelector uiSelectorNormal uiSelectorDynamicTooltip">
<div class="uiToggle wrap">
<a aria-expanded="false" aria-haspopup="1" aria-label="Public" class="uiSelectorButton uiButton uiButtonSuppressed uiButtonNoText" data-hover="tooltip" data-label="" data-length="30" data-oid="10151511032666526" data-tooltip-alignh="center" data-tooltip="Public" href="https://www.facebook.com/notes/rhewiza-meita-sari/takdir/10151511032666526#" rel="toggle" role="button"><i class="mrs defaultIcon customimg img sp_914los sx_57d214"></i></a></div>
</div>
</span></div>
<div class="_5k3v _5k3w clearfix">
Mengenalmu ialah sebuah takdir. Sebuah jalan yang dulu telah aku pilih.
<br />Kebersamaan kita ialah sebuah takdir. Takdir yang kita usahakan bersama.
<br />Usainya kisah kita pun tentu ialah sebuah takdir. Ketika aku dan
kamu tak lagi berjalan di arah yang sama untuk menuju sebuah takdir.
<br />Oh ya, aku yakin pertemuan-pertemuan kita pun merupakan sebuah takdir.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11991514725329156917noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-220175844540280184.post-1358623666830934282013-10-25T09:24:00.003-07:002013-10-25T09:24:32.595-07:00Harapan<div class="clearfix">
<h2 class="_5clb">
Harapan</h2>
</div>
<div class="mts _50f8">
August 8, 2013 at 10:17pm<span class="timelineUnitContainer"><div class="uiSelector inlineBlock audienceSelector timelineAudienceSelector audienceSelectorNoTruncate dynamicIconSelector uiSelectorNormal uiSelectorDynamicTooltip">
<div class="uiToggle wrap">
<a aria-expanded="false" aria-haspopup="1" aria-label="Public" class="uiSelectorButton uiButton uiButtonSuppressed uiButtonNoText" data-hover="tooltip" data-label="" data-length="30" data-oid="10151511016711526" data-tooltip-alignh="center" data-tooltip="Public" href="https://www.facebook.com/notes/rhewiza-meita-sari/harapan/10151511016711526#" rel="toggle" role="button"><i class="mrs defaultIcon customimg img sp_914los sx_57d214"></i></a></div>
</div>
</span></div>
<div class="_5k3v _5k3w clearfix">
Ketika
semua telah usai, aku masih selalu berharap. Berharap di hatimu masih
tersimpan rasa untukku. Aku terus berharap, karena kamu selalu memberiku
respon serupa.
<br />Dulu aku yakin kau masih punya rasa itu. Ah bodohnya, aku terlalu yakin. Itu menyakitkan.
<br />Hal konyol yang kulakukan, aku 'kabur' demi menemuimu di stasiun saat itu.
<br />Kadang rindu itu datang begitu menyiksa. Aku rindu bertemu denganmu,
aku rindu ketika kita sama-sama malu-malu. Ada harap bersama rindu.
Harapan untuk bertemu denganmu. Harapan untuk kembali bersamamu.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11991514725329156917noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-220175844540280184.post-71033935088110243012013-10-25T09:22:00.003-07:002013-10-25T09:22:49.756-07:00Cinta<div class="clearfix">
<h2 class="_5clb">
Cinta</h2>
</div>
<div class="mts _50f8">
August 8, 2013 at 9:54pm<span class="timelineUnitContainer"><div class="uiSelector inlineBlock audienceSelector timelineAudienceSelector audienceSelectorNoTruncate dynamicIconSelector uiSelectorNormal uiSelectorDynamicTooltip">
<div class="uiToggle wrap">
<a aria-expanded="false" aria-haspopup="1" aria-label="Public" class="uiSelectorButton uiButton uiButtonSuppressed uiButtonNoText" data-hover="tooltip" data-label="" data-length="30" data-oid="10151510989426526" data-tooltip-alignh="center" data-tooltip="Public" href="https://www.facebook.com/notes/rhewiza-meita-sari/cinta/10151510989426526#" rel="toggle" role="button"><i class="mrs defaultIcon customimg img sp_914los sx_57d214"></i></a></div>
</div>
</span></div>
<div class="_5k3v _5k3w clearfix">
Dulu
sempat ada cinta. Bersama takbir gerhana, kubuka pintu hati yang
tertutup dan sedikit berkarat. Takdir yang indah bukan? Tentu saja, itu
indah sekali.
<br />Semenjak aku mengikatkan diri dengan sebuah status denganmu,
pertemuan kita dapat terhitung jari. Tapi tahukah kamu, pertemuan itu
selalu indah bagiku. Pertemuan pertama, aku dan kamu sama-sama malu.
Kedua, kamu memberiku kejutan dengan kepulanganmu yang tiba-tiba.
Ketiga, kisah kita sudah usai namun itu pertama kali kita pergi berdua
ke tempat favoritku. Apa kamu ingat? Keempat, itu pertama kali aku
berkunjung ke rumahmu. Ah ya, aku ingat! Kita pernah 'janjian' bertemu
di terminal bukan? Kamu akan pergi merantau lagi. Dan ketika bis yang
kamu naiki mulai jalan, aku berlari menghampirinya hingga bis itu
menghilang di tikungan jalan. Aku terpaku.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11991514725329156917noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-220175844540280184.post-49847416916631870092013-10-25T09:20:00.000-07:002013-10-25T09:20:02.119-07:00Kemarin<div class="clearfix">
<h2 class="_5clb">
Kemarin</h2>
</div>
<div class="mts _50f8">
July 22, 2013 at 6:16pm<span class="timelineUnitContainer"></span><br />
<div class="uiSelector inlineBlock audienceSelector timelineAudienceSelector audienceSelectorNoTruncate dynamicIconSelector uiSelectorNormal uiSelectorDynamicTooltip">
<div class="uiToggle wrap">
<span class="timelineUnitContainer"><a aria-expanded="false" aria-haspopup="1" aria-label="Public" class="uiSelectorButton uiButton uiButtonSuppressed uiButtonNoText" data-hover="tooltip" data-label="" data-length="30" data-oid="10151479596426526" data-tooltip-alignh="center" data-tooltip="Public" href="https://www.facebook.com/notes/rhewiza-meita-sari/kemarin/10151479596426526#" rel="toggle" role="button"><i class="mrs defaultIcon customimg img sp_914los sx_57d214"></i></a></span></div>
</div>
<span class="timelineUnitContainer">
</span></div>
<div class="_5k3v _5k3w clearfix">
Kemarin,
dan entah sejak beberapa hari lalu aku membaca kicauan @dwitasaridwita
di twitter. Lumayan menyentuh, dan ngena banget (buat aku)
<br />
Iseng buka blognya Dwitasari :), ternyata isinya ga jauh beda. Cerita-cerita cinta, dinamika masa remaja.
<br />
Aku baca satu, lumayan agak mirip. Satu lagi, mirip. Lalu kemudian, hampir.
<br />
Aku tak tau tulisan itu nyata atau tidak, entah pengalaman pribadi atau curhat teman.
<br />
Aku baca sekali lagi, itu nyata. Itu terjadi. Padaku. Saat ini</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11991514725329156917noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-220175844540280184.post-16263191933497820962013-10-25T09:12:00.005-07:002013-10-25T09:12:58.961-07:00aku sedang jenuh, aku lelah.<div class="clearfix">
<h2 class="_5clb">
aku sedang jenuh, aku lelah.</h2>
</div>
<div class="mts _50f8">
July 21, 2013 at 5:50am<span class="timelineUnitContainer"><div class="uiSelector inlineBlock audienceSelector timelineAudienceSelector audienceSelectorNoTruncate dynamicIconSelector uiSelectorNormal uiSelectorDynamicTooltip">
<div class="uiToggle wrap">
<a aria-expanded="false" aria-haspopup="1" aria-label="Public" class="uiSelectorButton uiButton uiButtonSuppressed uiButtonNoText" data-hover="tooltip" data-label="" data-length="30" data-oid="10151476771381526" data-tooltip-alignh="center" data-tooltip="Public" href="https://www.facebook.com/notes/rhewiza-meita-sari/aku-sedang-jenuh-aku-lelah/10151476771381526#" rel="toggle" role="button"><i class="mrs defaultIcon customimg img sp_914los sx_57d214"></i></a></div>
</div>
</span></div>
<div class="_5k3v _5k3w clearfix">
aku
sedang jenuh, aku lelah. Maaf untuk sapa yang tak pernah lagi ada. Maaf
untuk tanya yang mungkin tak terjawab. Maaf untuk senyum yang mungkin
tak berbalas.
<br />Aku jenuh disaat yang tak tepat. Aku jenuh disaat semua
membutuhkanku. Aku jenuh disaat pukulan telak itu menghantamku. Aku
jatuh. Aku sakit.
<br />Egois sekali aku yang seperti ini. Meninggalkan tanggungjawab hanya karena jenuh.
<br />Jiwaku tak lagi di sana. Jiwaku tak lagi untuknya.
<br />Aku lelah.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11991514725329156917noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-220175844540280184.post-35556806637804072272013-10-25T09:12:00.002-07:002013-10-25T09:12:20.886-07:00kau dan aku tau, kita merasa<div class="clearfix">
<h2 class="_5clb">
July 20, 2013 at 3:44pm</h2>
</div>
<div class="mts _50f8">
<span class="timelineUnitContainer"><div class="uiSelector inlineBlock audienceSelector timelineAudienceSelector audienceSelectorNoTruncate dynamicIconSelector uiSelectorNormal uiSelectorDynamicTooltip">
<div class="uiToggle wrap">
<a aria-expanded="false" aria-haspopup="1" aria-label="Public" class="uiSelectorButton uiButton uiButtonSuppressed uiButtonNoText" data-hover="tooltip" data-label="" data-length="30" data-oid="10151475763756526" data-tooltip-alignh="center" data-tooltip="Public" href="https://www.facebook.com/notes/rhewiza-meita-sari/kau-dan-aku-tau-kita-merasa/10151475763756526#" id="js_2" rel="toggle" role="button"><i class="mrs defaultIcon customimg img sp_914los sx_57d214"></i></a></div>
</div>
</span></div>
<div class="_5k3v _5k3w clearfix">
Entah
tebakanku benar atau tidak. Jika benar, ya mungkin memang seperti itu
adanya. Jika tidak, mungkin aku yang terlalu. Sepertinya aku memang
terlalu. Terlalu apa? Kau tau itu.
<br />Kurasa mungkin kau sempat menengok rumah bayanganku ini, dan melihat
samar-samar ada seorang asing di sana. Seorang asing yang saat ini
mulai sering bertandang padaku. Pernahkah terlintas dibenakmu bahwa ia
kekasihku? Seseorang yang selalu bersamaku? Seseorang yang sudah
menggantikanmu?
<br />Kau tau pasti, beberapa saat lalu rumahku ini terlihat begitu redup, kelabu. Kini rumahku terlihat lebih berwarna.
<br />Kau tau, Sayang. Aku mengerahkan segenap kemampuanku hanya untuk
melepasmu. Melepas rasa ini, rasa khawatirku padamu setelah kau secara
gamblang merampas perasaanku.
<br />Rasa memang tak dapat dipaksakan. Kau melepas aku ketika aku ingin
memperjuangkanmu. Aku masih ingin berjuang bertahan untukmu ketika
secara tegas kau katakan kau tak lagi bersamaku.
<br />Aku selalu sehangat dulu meski responmu tak pernah sebanding. Aku
selalu peduli meski kau tak pernah peduli. Aku masih! Kau tau, aku
masih!
<br />Pernahkah kau genggam batu es ditanganmu? Seperti itu aku menggenggammu. Terasa dingin dan sakit bukan?
<br />Aku tak bermaksud menyakitimu, sungguh. Itu katamu. Dan sungguh, aku pun tak pernah sedikitpun ingin menyakitimu.
<br />Lama aku menggenggam dinginmu, bertahan dengan sakit karenamu.
Bertahan dalam harapan harapan rasa itu akan tumbuh kembali. Bertahan
dengan rasa khawatir yang sulit kuungkapkan. Aku merasa.
<br />Aku mulai menyadari lama kelamaan es yang kugenggam akan mencair
lalu hilang dari tanganku. Aku mencoba melepaskanmu, ke dunia yang
memang kau hendaki. Tanpa aku, tanpa genggamanku. Aku membiarkanmu
mencari genggaman lain yang tak akan mencekikmu seperti aku mencekikmu
dengan sayangku.
<br />Bahkan meski aku telah melepasmu pun, kekhawatiranku tak pernah
usai. Apakah yang menggenggammu saat ini bisa menjagamu yang lembut itu?
Apakah ia menyakitimu? Apakah kau menemukan tangan yang tepat? Aku
khawatir, Sayang.
<br />Bahkan aku tak pernah memikirkan diriku, atau mencari genggaman lain. Aku terlalu kau buat khawatir.
<br />Saat ini memang ada tangan di sampingku. Tapi aku tak pernah tau
apakah tangan itu memang ingin menggenggamku atau hanya sebatas
berjabatan. Perlu kau tau, aku tak pernah berhenti mengkhawatirkanmu.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11991514725329156917noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-220175844540280184.post-57241689985090547792013-10-25T09:07:00.000-07:002013-10-25T09:08:29.033-07:00koneksi<div class="clearfix">
<h2 class="_5clb">
koneksi <3</h2>
</div>
<div class="mts _50f8">
July 19, 2013 at 12:07am<span class="timelineUnitContainer"></span><br />
<div class="uiSelector inlineBlock audienceSelector timelineAudienceSelector audienceSelectorNoTruncate dynamicIconSelector uiSelectorNormal uiSelectorDynamicTooltip">
<div class="uiToggle wrap">
<span class="timelineUnitContainer"><a aria-expanded="false" aria-haspopup="1" aria-label="Public" class="uiSelectorButton uiButton uiButtonSuppressed uiButtonNoText" data-hover="tooltip" data-label="" data-length="30" data-oid="10151473100071526" data-tooltip-alignh="center" data-tooltip="Public" href="https://www.facebook.com/notes/rhewiza-meita-sari/koneksi-3/10151473100071526#" rel="toggle" role="button"><i class="mrs defaultIcon customimg img sp_914los sx_57d214"></i></a></span></div>
</div>
<span class="timelineUnitContainer">
</span></div>
<div class="_5k3v _5k3w clearfix">
berapa
jam sehari kau dan aku terkoneksi melalui benda canggih ini? Sepertinya
hanya ketika salah satu dari kita terlelaplah koneksinya terputus.
<br />
Kadang tanpa kupinta kau rajin sekali membangunkan aku, apalagi ketika aku meminta bantuanmu. Kau selalu tepat waktu.
<br />
Berapa lama waktu tidurmu? Berapa lama waktu tidurku?
<br />
Kadang aku 'nakal', mencuri waktu memanfaatkan ponsel untuk
menghubungimu disela kuliah atau rapatku. Ternyata kau pun begitu. Kau
'nakal', kau sering mencuri waktu kerjamu hanya untuk berkirim pesan
denganku. Berapa gigabyte rasa yang kita pertukarkan semenjak kita
bangun hingga terlelap tidur ya? Agaknya ini konyol. Siapa aku siapa kau
hingga kita terkoneksi seintens ini? Kadang aku merasa ini bahaya, tapi
aku menikmatinya. Aku merasa seperti sedang mendaki. Berbahaya, tapi
ada hal hal yang membuatku lupa bahayanya dan aku bahagia.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11991514725329156917noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-220175844540280184.post-9690263164921893452013-10-25T09:04:00.001-07:002013-10-25T09:04:54.987-07:00Tentang Benih II<div class="mts _50f8">
July 13, 2013 at 8:04am<span class="timelineUnitContainer"><div class="uiSelector inlineBlock audienceSelector timelineAudienceSelector audienceSelectorNoTruncate dynamicIconSelector uiSelectorNormal uiSelectorDynamicTooltip">
<div class="uiToggle wrap">
<a aria-expanded="false" aria-haspopup="1" aria-label="Public" class="uiSelectorButton uiButton uiButtonSuppressed uiButtonNoText" data-hover="tooltip" data-label="" data-length="30" data-oid="10151463334581526" data-tooltip-alignh="center" data-tooltip="Public" href="https://www.facebook.com/notes/rhewiza-meita-sari/tentang-benih-ii/10151463334581526#" id="js_2" rel="toggle" role="button"><i class="mrs defaultIcon customimg img sp_914los sx_57d214"></i></a></div>
</div>
</span></div>
<div class="_5k3v _5k3w clearfix">
Aku suka bunga yang cantik, aku juga suka buah beraneka rasa. Tapi, aku tak akan memaksa benih ini tuk tumbuh menjadi bunga ataupun buah.<br />Aku yakin benih ini punya takdirnya sendiri. Aku hanya ingin menikmati perjalanan seiring tumbuhnya benih ini secara alami. ^^</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11991514725329156917noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-220175844540280184.post-19986006619471238342013-10-25T08:56:00.000-07:002013-10-25T08:56:03.949-07:00Tentang Benih<div class="clearfix">
<h2 class="_5clb">
<br /></h2>
</div>
<div class="mts _50f8">
July 12, 2013 at 10:17am<span class="timelineUnitContainer"><div class="uiSelector inlineBlock audienceSelector timelineAudienceSelector audienceSelectorNoTruncate dynamicIconSelector uiSelectorNormal uiSelectorDynamicTooltip">
<div class="uiToggle wrap">
<a aria-expanded="false" aria-haspopup="1" aria-label="Public" class="uiSelectorButton uiButton uiButtonSuppressed uiButtonNoText" data-hover="tooltip" data-label="" data-length="30" data-oid="10151461886701526" data-tooltip-alignh="center" data-tooltip="Public" href="https://www.facebook.com/notes/rhewiza-meita-sari/tentang-benih/10151461886701526#" id="js_2" rel="toggle" role="button"><i class="mrs defaultIcon customimg img sp_914los sx_57d214"></i></a></div>
</div>
</span></div>
<div class="_5k3v _5k3w clearfix">
Sejak lama, aku dititipi sebuah pot bunga dari keramik. Pembuatnya sendiri menitipkannya langsung padaku.
<br />Aku bingung, harus kuapakan pot bunga itu. Dulu sempat aku
menanaminya sebenih melati. Nampaknya kurang tepat. Melati layu, lalu
mati. Aku tanami mawar, namun ternyata menyakiti.
<br />Lama aku abaikan pot itu, tak kusentuh, apalagi kubersihkan. Malas
sekali rasanya. Masih ada sisa sisa tanah, mawar dan melati disana.
<br />Hingga beberapa waktu lalu, pot itu masih teronggok begitu saja,
kotor, berdebu. Tak ada kehidupan disana, tentu saja tanahnya sangat
gersang.
<br />Tapi beberapa waktu kemarin, aku menemukan sebuah benih tapi aku tak
tau itu benih apa. Entah bunga, buah, atau tanaman apa. Namun ternyata
ada sesuatu yang menarik pada benih itu. Aku ingin merawatnya,
menjaganya hingga ia tumbuh besar, berbunga atau berbuah.
<br />Aku mulai membenahi pot keramikku, kukeluarkan semua isinya.
Tanahnya, sisa akar melati, dan tangkai mawar yang masih menyisakan duri
aku singkirkan. Kini potnya sudah kosong, dan apa yang selanjutnya
kulakukan?
<br />Aku mengisi pot itu dengan tanah gembur secukupnya, ya secukupnya. Tidak terlalu sedikit, apalagi sampai memenuni potnya.
<br />Sedikit cekungan aku buat ditengahnya, lalu kusimpan benih yang kumiliki. Kututup kembali dengan tanah, dan kusirami air segar.
<br />Aku bertekad menjaga benih ini, hingga ia tumbuh besar. Ketika ia
semakin besar dan mulai sesak dalam pot, aku akan memindahnya ke tanah
yang lebih lapang. Tenang saja, aku akan menjagamu sekuat tenaga,
benihku.. :)</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11991514725329156917noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-220175844540280184.post-2325769856980145512013-10-25T08:54:00.003-07:002013-10-25T08:54:23.539-07:00Yang Paling, :)<div class="clearfix">
<h2 class="_5clb">
<br /></h2>
</div>
<div class="mts _50f8">
February 18, 2013 at 11:34am<span class="timelineUnitContainer"><div class="uiSelector inlineBlock audienceSelector timelineAudienceSelector audienceSelectorNoTruncate dynamicIconSelector uiSelectorNormal uiSelectorDynamicTooltip">
<div class="uiToggle wrap">
<a aria-expanded="false" aria-haspopup="1" aria-label="Public" class="uiSelectorButton uiButton uiButtonSuppressed uiButtonNoText" data-hover="tooltip" data-label="" data-length="30" data-oid="10151245738226526" data-tooltip-alignh="center" data-tooltip="Public" href="https://www.facebook.com/notes/rhewiza-meita-sari/yang-paling-/10151245738226526#" rel="toggle" role="button"><i class="mrs defaultIcon customimg img sp_914los sx_57d214"></i></a></div>
</div>
</span></div>
<div class="_5k3v _5k3w clearfix">
Kebiasaan, kalo mau nulis tuh suka bingung gimana mulainya -_-"<br />
jadi
gini, dulu opa Aristoteles bilang kalo manusia itu mahluk sosial. Dan
well, itu bener kok. Kita ga bisa hidup sendiri, tanpa bantuan orang
lain. Kalo ada yang mau nyangkal statement itu, silakan aja Anda
menyendiri ke suatu tempat tanpa membawa apapun. Seperti dulu saat Anda
dilahirkan ibu dengan bantuan orang lain, atau mungkin bantuan ibu
sendiri.<br />
Begitu pula denganku. Aku tak bisa hidup sendiri, tanpa
bantuan orang lain. Tapi bukan berarti hidupku bergantung pada orang
lain.<br />
Tadi malam, mami bilang semua kejadian pasti membawa hikmah.
Tapi tergantung kita bisa menemukan hikmah itu atau tidak. Setelah mami
bilang gitu pikiranku langsung menerawang, flashback ke masa-masa yang
telah aku lewati. Dan aku sadar, banyak orang-orang di belakangku yang
sangat berpengaruh dan membentukku menjadi diriku saat ini. Inilah
orang-orang yang telah sangat berpengaruh dalam hidupku.<br />
My first, kedua orang tuaku. Mami dan Papiku. Tentu saja beliau adalah orang pertama yang sangat berpengaruh dalam hidupku.<br />
Lalu, keluarga besar mami dan papi.<br />
Detective Ediment. Uci, imeh, ooph, itok, nda, kalian semua best team yang pernah kumiliki.<br />
Saccty. Tiga tahun kita sama-sama. Banyak asam garam yang sudah kita lalui di sekolah, kawan.<br />
Semua guru yang ku kenal, dan yang pernah mengajarku. Bu Ani, Bu Ima, semuanya hebat! Terutama Bu Ani, selalu ngangenin.<br />
Okta Junior. Cees terbaik yang penuh kejutan. Kadang cuek, kadang begitu romantis. Teman curhat, paket komplit.<br />
Hemhhh..<br />
Lalu,
Andhika Widianto. Bukan pacar pertama, tapi orang pertama yang
mengajarkan aku banyak hal tentang berbagi, tentang perasaan. Inget dulu
nabung buat beli cincin.<br />
Mama Ina Wijihastuti, beserta keluarga besar. Pertama kali dekat sama keluarga pacar, ya sama keluarganya Mama Ina.<br />
Andi Sopyandi. Dari dia aku belajar tersenyum.<br />
Dadan Ramdhani. Darinya aku belajar banyak hal. Belajar untuk tidak egois, belajar lebih dewasa.<br />
Kurnia
Nurul Falah. Jadi awal inspirasi, dan motivatorku untuk berorganisasi
di kampus. Belajar berbagi, belajar membebaskan diri. Dan keluarganya,
Mamah, Ateh, Teh Ncie, yang begitu baik padaku.<br />
Teman-teman sekelasku di kampus, Timel, Umi Desri, Zahra, semuanya P.AK B 2012.<br />
Teman-teman dan kakak-kakak Lingkar BM UPI yang selalu banyak membantu. Aku nyaman bersama kalian.<br />
Dan,
yang terakhir. Yang membawa perubahan positif pada diriku. Mbak Melyana
Indiarsih yang membuatku 'tertarik' dan lebih betah memakai rok dan
membuatku semakin yakin untuk berhijab, untuk berjilbab.<br />
Juga untuk semua yang mengenalku, Rhewiza Meita Sari (Wisa, Wiza, Awis, atau Nde)<br />
<br />
Terima
kasih untuk semuanya. Untuk waktu yang telah kalian habiskan dengaku,
untuk segala bentuk kasih sayang, perhatian, serta pengertian. Juga
untuk semua hikmah, yang telah kalian bawa untukku.<br />
Allah memang tidak menurunkan tangannya, tapi melalui orang-orang yang 'ditugasi'-Nya<br />
<br />
#senyum, fokus, tetap tenang#</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11991514725329156917noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-220175844540280184.post-73579921694563123502013-10-25T08:53:00.002-07:002013-10-25T08:53:21.389-07:00December 31st, 2012<div class="clearfix">
<h4>
<span style="font-weight: normal;">December 31, 2012 at 1:11pm</span></h4>
</div>
<div class="mts _50f8">
<span class="timelineUnitContainer"><div class="uiSelector inlineBlock audienceSelector timelineAudienceSelector audienceSelectorNoTruncate dynamicIconSelector uiSelectorNormal uiSelectorDynamicTooltip">
<div class="uiToggle wrap">
<a aria-expanded="false" aria-haspopup="1" aria-label="Public" class="uiSelectorButton uiButton uiButtonSuppressed uiButtonNoText" data-hover="tooltip" data-label="" data-length="30" data-oid="10151153815501526" data-tooltip-alignh="center" data-tooltip="Public" href="https://www.facebook.com/notes/rhewiza-meita-sari/december-31st-2012/10151153815501526#" rel="toggle" role="button"><i class="mrs defaultIcon customimg img sp_914los sx_57d214"></i></a></div>
</div>
</span></div>
<div class="_5k3v _5k3w clearfix">
Kukira akhir tahun ini akan seperti akhir tahun kemarin yang terasa menyenangkan karenamu.<br />
Aku salah besar.<br />
Justru akhir tahun ini semua benar-benar telah berakhir.<br />
<br />
Hari ini,<br />
Terakhir kalinya aku melihat senyummu.<br />
Terakhir kali aku melihat tatapanmu.<br />
Terakhir kali aku mendengar suaramu.<br />
Terakhir kali aku mengirim pesan singkat padamu.<br />
Terakhir.<br />
Mungkin ini yang terakhir, karena semua telah berakhir<br />
Semua telah berakhir<br />
Tapi aku masih saja bermimpi<br />
Masih saja yakin semua ini belum berakhir<br />
Masih saja berharap hari ini tak pernah terjadi<br />
Masih saja menyimpan rasa ini untukmu<br />
Ah, sudahlah<br />
Cukup<br />
Akhiri semuanya<br />
Akhiri semua harapan<br />
Akhiri semua rasa<br />
Akhiri semua air mata<br />
Ini hari terakhir,<br />
Untuk yang terakhir,</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11991514725329156917noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-220175844540280184.post-46285733070362039832013-10-25T08:51:00.003-07:002013-10-25T08:51:41.448-07:00Reduce, Reuse, Recycle - Buku Catatan Mini<div class="clearfix">
<h2 class="_5clb">
August 23, 2012 at 3:16pm</h2>
</div>
<div class="mts _50f8">
<span class="timelineUnitContainer"><div class="uiSelector inlineBlock audienceSelector timelineAudienceSelector audienceSelectorNoTruncate dynamicIconSelector uiSelectorNormal uiSelectorDynamicTooltip">
<div class="uiToggle wrap">
<a aria-expanded="false" aria-haspopup="1" aria-label="Your friends" class="uiSelectorButton uiButton uiButtonSuppressed uiButtonNoText" data-hover="tooltip" data-label="" data-length="30" data-oid="10150989614936526" data-tooltip-alignh="center" data-tooltip="Your friends" href="https://www.facebook.com/notes/rhewiza-meita-sari/reduce-reuse-recycle-buku-catatan-mini/10150989614936526#" rel="toggle" role="button"><i class="mrs defaultIcon customimg img sp_bh2zow sx_a53517"></i></a></div>
</div>
</span></div>
<div class="_5k3v _5k3w clearfix">
Awalnya, dapet tugas bikin buku diary buat ospek jurusan. Bukunya mesti manfaatin barang bekas, misalnya HVS bekas, kardus, dll.
<br />Berhubung lagi mentok engga punya ide sama sekali, jadilah jalan jalan dulu keliling dunia alias browsing..haha
<br />setelah liat beberapa contoh, mulai deh nyari tutorial ngejilid kertas yang simpel.
<br />Hari itu juga langsung siapin bahan. Untung bahannya ada di rumah semua.. :D
<br />besoknya, aku mulailah ngerjain "proyek" 3R kesukaanku ini.
<br />Beberapa jam kemudian, buku diary udah jadi dan cantik^^.
<br />Tapi jujur aja, rada kurang puas, soalnya masih mirip aslinya. Aku cuma improv ngasih pita doang..hiks T,T
<br />rencananya lain waktu mau bikin lagi, yang beda dari yang originalnya.
<br />***
<br />Pagi ini, aku liat meja belajar yang berantakan (lagi). Masih ada
hvs bekas yang numpuk. Maklum lah, dulu menjelang ujikom banyak banget
fotocopy format jurnal, dkk. Mulai mikir diapain lagi yaa itu kertas
kertas.
<br />Tiba tiba inget kalender bekas taun lalu yang ada ring buat ngejilidnya.
<br />Yaudah aku bongkar aja kalendernya, aku ambil ringnya.haha 3:)
<br />Aku potong kertas A4 jadi 8 bagian. Berhubung ringnya kecil, aku
pake 5 lembar aja. Covernya biar rada cantik aku pake kertas lipat,
asturonya abis sih. Aku kasih beberapa lubang, pake alat bolongin kertas
(lupa namanya.haha) biar ring bisa dipasang. Dan ga perlu waktu berjam
jam, notes kecil pun jadi. :D
<br />Lumayan kan bisa masuk tas dan dibawa kemanapun pergi ^^v
<br />Selesai bikin satu buku catatan, tiba tiba dapet ide lagi.
<br />Aku potong lagi hvs A4 jadi 8 bagian, kali ini aku pake lebih banyak kertas.
<br />Aku beri satu lubang aja di salah satu ujungnya. Aku kasih cover dari kertas lipat juga.
<br />Nah, nyatuinnya aku cuma pake benang yang agak besar. Benangnya aku jadiin berlapis lapis, baru aku iket pake simpul mati deh :D
<br />Biar lebih cantik, benang yang masih sisa panjang dari simpul mati aku jadiin simpul pita^^
<br />Finally, hari ini aku bikin dua buku catatan kecil yang bisa dibawa kemana mana :D</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11991514725329156917noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-220175844540280184.post-45467703045089964302013-10-24T16:19:00.005-07:002013-10-24T16:19:58.070-07:00Reduce, Reuse, Recycle - Pembatas Buku Mini<div class="clearfix">
<h2 class="_5clb">
Reduce, Reuse, Recycle - Pembatas Buku Mini</h2>
</div>
<div class="mts _50f8">
August 15, 2012 at 11:22am<span class="timelineUnitContainer"><div class="uiSelector inlineBlock audienceSelector timelineAudienceSelector audienceSelectorNoTruncate dynamicIconSelector uiSelectorNormal uiSelectorDynamicTooltip">
<div class="uiToggle wrap">
<a aria-expanded="false" aria-haspopup="1" aria-label="Your friends" class="uiSelectorButton uiButton uiButtonSuppressed uiButtonNoText" data-hover="tooltip" data-label="" data-length="30" data-oid="10150972529741526" data-tooltip-alignh="center" data-tooltip="Your friends" href="https://www.facebook.com/notes/rhewiza-meita-sari/reduce-reuse-recycle-pembatas-buku-mini/10150972529741526#" rel="toggle" role="button"><i class="mrs defaultIcon customimg img sp_bh2zow sx_a53517"></i></a></div>
</div>
</span></div>
<div class="mts _50f8">
<br /></div>
<div class="_5k3v _5k3w clearfix">
Buku,
iya buku. Aku, mungkin salah seorang penyayang buku, atau apalah
namanya. Aku paling anti ngejual buku ke tukang loak. Alhasil, numpuklah
beberapa kardus berisi buku buku dari jaman SD. Mau itu buku tulis,
LKS, modul, ataupun apalah jenisnya. Sebagai penyayang buku, ga iklas
rasanya kalo buku dilipet lipet atau ditandai kalo belum selesai baca.
<br />Dulu sempet bikin pembatas buku dari sisa sisa asturo yang ga
kepake. Maklum lah, dulu sering disuruh bikin jadwal pelajaran buat di
kelas, dan embel embelnya. Nah, hari ini *barusan banget* aku bikin
pembatas buku dari bahan lain.. Cekidot! :D
<br />Di kulkas, ada gula pasir yg dikemas kecil kecil pake kertas gitu.
Kayaknya sih, ukurannya pas buat secangkir teh/kopi *ga tau enak atau
engga, soalnya ga pernah nyoba*
<br />Kertasnya bergambar cookies, cup cakes, permen, cake, macem macem lah.
<br />Gula itu udah sebulanan nongkrong di kulkas. Sejak pertama liat gula
itu aku udah titip pesen sama mami, pokoknya kertas pembungkusnya ga
boleh dibuang. Kertas kertas itu aku potong, aku bersihin dari sisa
gula, terus dirapiin.
<br />Alhasil, udah kekumpul 6 lembar kertas lucu ukuran 4cm*6cm :D
<br />Pagi ini, aku bantuin mami bungkusin cheestick (sistik).
<br />Taunya plastiknya kedodoran alias kepanjangan. Jadi kudu alias mesti
dipotong. Liat sisa sisa potongan plastik, sayang juga kalo langsung
dibuang.
<br />Wollaaa.. Tiba tiba inget lagi kertas lucu pembungkus gula, dan ide muncul lagi :D
<br />Selesai bantu mami, langsung deh ambil lilin dan korek. Nah loh!
Ngapain pake lilin dan korek?? Ya buat bikin pembatas buku lah..
<br />Aku selipkan 2 lembar kertas pembungkus gula di antara plastik. Aku
lipat seukuran kertas, biar gampang lemnya. Aku pake teknik lem
sederhana aja, dengan bakar sisi sisi plastiknya. Jadi deh 3 lembar
pembatas bukunya :D</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11991514725329156917noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-220175844540280184.post-30892175573381114012013-10-24T16:19:00.002-07:002013-10-24T16:19:18.677-07:00Dear, Nona Cantik<div class="clearfix">
<h2 class="_5clb">
Dear, Nona Cantik</h2>
</div>
<div class="mts _50f8">
August 12, 2012 at 7:49pm<span class="timelineUnitContainer"><div class="uiSelector inlineBlock audienceSelector timelineAudienceSelector audienceSelectorNoTruncate dynamicIconSelector uiSelectorNormal uiSelectorDynamicTooltip">
<div class="uiToggle wrap">
<a aria-expanded="false" aria-haspopup="1" aria-label="Your friends" class="uiSelectorButton uiButton uiButtonSuppressed uiButtonNoText" data-hover="tooltip" data-label="" data-length="30" data-oid="10150967077811526" data-tooltip-alignh="center" data-tooltip="Your friends" href="https://www.facebook.com/notes/rhewiza-meita-sari/dear-nona-cantik/10150967077811526#" rel="toggle" role="button"><i class="mrs defaultIcon customimg img sp_bh2zow sx_a53517"></i></a></div>
</div>
</span></div>
<div class="mts _50f8">
<br /></div>
<div class="_5k3v _5k3w clearfix">
Assalamu'alaikum,
<br />Selamat malam, nona cantik. Maaf jika tulisan saya mengganggu Anda.
<br />Saya senang bisa mengenal Anda, yaa meskipun hanya sekilas. Tapi
saya yakin, Allah mengirim Anda pada saya untuk mengingatkan dan menegur
saya.
<br />Nona cantik, dulu saya seperti Anda. Tapi itu dulu sekali. Sebelum saya memahami hal itu.
<br />Nona cantik, terima kasih untuk hari ini. Hari ini, Anda telah
melakukan apa yang saya lakukan dulu pada seseorang. Persis sekali.
<br />Sepatutnya saya berterima kasih pada Anda. Anda telah membuat saya yakin pada Hukum Kirchoff I. Terima kasih nona cantik.
<br />Mungkin sekian yaa tulisan saya. Jika saya masih diijinkan, ijinkan saya menyapa Anda di lain waktu..
<br />Wassalamu'alaikum..</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11991514725329156917noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-220175844540280184.post-30970587487629932832013-10-24T16:18:00.003-07:002013-10-24T16:18:34.247-07:00<div class="clearfix">
<h2 class="_5clb">
Flashback</h2>
</div>
<div class="mts _50f8">
August 12, 2012 at 1:15pm<span class="timelineUnitContainer"><div class="uiSelector inlineBlock audienceSelector timelineAudienceSelector audienceSelectorNoTruncate dynamicIconSelector uiSelectorNormal uiSelectorDynamicTooltip">
<div class="uiToggle wrap">
<a aria-expanded="false" aria-haspopup="1" aria-label="Your friends" class="uiSelectorButton uiButton uiButtonSuppressed uiButtonNoText" data-hover="tooltip" data-label="" data-length="30" data-oid="10150966621346526" data-tooltip-alignh="center" data-tooltip="Your friends" href="https://www.facebook.com/notes/rhewiza-meita-sari/flashback/10150966621346526#" rel="toggle" role="button"><i class="mrs defaultIcon customimg img sp_bh2zow sx_a53517"></i></a></div>
</div>
</span></div>
<div class="mts _50f8">
<br /></div>
<div class="_5k3v _5k3w clearfix">
Aku,
numpang lahir doang di RSHS Bandung. Lalu sempet nyicipin tinggal di
daerah padat penduduk Cilèmbèr. Dimana depan rumahku jalan raya fly
over, belakang rumah rel kereta apa aktif, dan di atasnya sering banget
pesawat mondar mandir *kata mami sih, aku mah ga inget.. :D iya lah,
wong masihorok*
<br />Terus pindah deh ke daerah industri Leuwigajah. Ga jauh beda sih,
cuma udaranya itu loh.. Parah abis! Sekarang sehari aja tinggal disitu,
upil pada item..huekk saking kotornya udara disana.
<br />Untungnya cuma sampe umur 5 taun tuh tinggal disana.
<br />Dan well, tahun 2000 aku+keluarga pindah ke Banjar. Lebih nyaman dan bebas polusi (dulu).
<br />Awalnya tinggal di rumah nenek, dan masuk sekolah yang deket rumah. Dulu sih namanya SDN Kaum Kidul, sekarang jadi SDN 6 Banjar.
<br />Awal masuk, cuma kenal beberapa temen..
<br />Yang paling inget mah cuma sama Ema dan Cecep.hiks hiks
<br />Sekolah disitu cuma 1 cawu doang, tapi alhamdulillah dapet ranking 2..haha :D
<br />Lalu punya rumah sendiri di daerah Gardu (Balokang). Pindah sekolah dong yaa.. Iya lah..
<br />Masuk ke SDN 2 Balokang (sekarang SDN 3 Balokang).
<br />Di sekolah baru, susah jg dapet temen. Sama guru, disuruh duduk di
tempat kosong. Sebenernya itu kursi ada yang punya, tapi yang punyanya
lagi ga masuk. Eh itu temen sebangkunya malah ngelarang aku duduk
disitu.. T_T
<br />kelas 5, sempet punya geng gitu.haha
<br />Tahun 2006, masuk deh ke SMP 1 Banjar.
<br />Ospek, yaa pake topi kuncung, namtag, dan embel embelnya.
<br />Hari pertama ospek, pake acara aku kesiangan pula.. Jadilah ikut upacara pembukaan ospek di barisan terpisah..haha
<br />Pas masuk SMP, udah bikin target nih. Pokoknya, nilai mesti naik
terus biar bisa dapet PMDK ke SMA 1 Banjar. Sekolah yang dulu menurut
aku paling WOW.
<br />Aku dapet 2 formulir PMDK, SMA 1 Banjar dan SMK 1 Banjar. Aku isi semuanya, lengkapin persyaratannya.
<br />Di ujung hari pengumpulan formulir pendaftaran, aku bingung. Kumpulin yang mana yaa..
<br />Akhirnya tanpa pertimbangan apapun, aku masukin formulir ke SMK! Jauh di luar prediksi!!
<br />Tapi alhamdulillah, aku lolos.. Dan ketemu ospek lagi..haha
<br />Pas pengumuman jurusan, kaget setengah mati! Kok bisa masuk ke
jurusan akuntansi?! Denger denger mah mesti pinter mate kalo yg masuk
jurusan Ak. Lah aku?? Jaman SMP mate aku sering remed!!haha
<br />Oke, nikmatin aja deh..
<br />Eh ternyata, aku suka tuh sama akuntansi..haha
<br />Pas masuk SMK, aku pasang target lagi. Pokoknya setelah lulus mesti langsung kerja. Ga ada tawar tawar lagi!!haha
<br />Sama sekali ga terpikir soal kuliah. Kenapa? Ya karena target itu, dan liat sikon keluarga.
<br />Tapi.. Wollaaaa..
<br />Akhir semester kelas XII, mulai kepincut info beasiswa yg nemplok di papan pengumuman BK. Lalu dapet lah info Bidik Misi.
<br />Semaleman otak mikir. Masukin apa engga. Kalo dipikir lagi, itu kesempatan banget.
<br />Dapet rekomendasi dari sekolah, aku coba daftar. Ikut SNMPTN Undangan, dan walhasil saya gagal.haha
<br />Masih ada tuh Ujian Tulis, dan aku coba juga.
<br />Liat soal utul, pengen nangis sekaligus ketawa. Itu soal aslina
susaaaahh banget. Tapi alhamdulillah, berkat bantuan Alloh melalui jurus
bismillah aku lolos SNMPTN Tulis.. :D</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11991514725329156917noreply@blogger.com0